ILMU
SOSIAL DASAR
*
Fakta sosial merupakan abstraksi kejadian sosial yang konkrit yang dinyatakan
dengan pernyataan diskriptif [ Koentjoronigrat 1971 ] adalah ilmu pengetahuan
yang membahas masalah - masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat,
usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk menkaji gejala gejala sosial
sehingga daya tanggap, persepsi , dan penalaran dalam menghadapi lingkungan
dapat dipecahkan .
Struktur Sosial
Struktur sosial adalah sebuah
tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di dalam tatanan sosial tersebut terkandung
hubungan timbale balik antara status dan peranan yang menunjuk pada suatu
keteraturan perilaku.
Abdul
Syani menyebutkan bahwa struktur sosial memiliki berbagai ciri sebagai berikut.
1. Struktur sosial mengacu pada
hubungan-hubungan sosial yang pokok, yang dapat memberikan bentuk dasar pada
masyarakat dan memberikan batas-batas pada kegiatan yang mungkin dilakukan oleh
organisasi dalam masyarakat.
2. Struktur sosial mencakup semua
hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu.
3. Struktur sosial meliputi seluruh
kebudayaan dalam masyarakat.
4. Struktur sosial merupakan realitas
sosial yang bersifat statis dan memiliki kerangka yang membentuk tatanan.
5. Struktur sosial merupakan tahapan
perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian.
Mayor Polak menyatakan bahwa
Struktur sosial dapat berfungsi sebagai pengawas sosial, yakni sebagai penekan
kemungkinan-kemungkinan pelanggaran terhadap norma, nilai, dan peraturan
kelompok atau masyarakat. Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai dasar
untuk menanamkan suatu disiplin sosial kelompok atau masyarakat karena berasal
dari kelompok atau masyarakat itu sendiri.
Sosialisasi adalah proses belajar
dan penyesuaian diri yang membantu individu mempelajari bagaimana cara hidup
dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi
dengan baik dalam kelompok tersebut.
·
Belajar sebagai Proses Sosialisasi
Menurut Dimyati dkk. Belajar merupakan peristiwa kompleks dan
berkelanjutan yang berlangsung setiap hari. Belajar dari sisi individu
merupakan suatu proses mental dalam menghadapi berbagai hal, wawasan, alam,
hewan, tumbuhan dan manusia dengan berbagai perilakunya yang melibatkan seluruh
aspek mental yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan psikomotor untuk
kemudian diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar dapat membuat
seseorang melihat, menyerap dan mempelajari berbagai hal dari lingkungan untuk
kemudian melakukan proses sosialisasi agar dapat diterima dalam kelompok atau
lingkungan tempatnya berada.
·
Penyesuaian Diri dalam Lingkungan
Penyesuaian diri dari seseorang
individu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan suatu proses kelanjutan dari
proses belajar yang telah dilaluinya. Menurut Gerungan, penyesuaian diri secara
luas terdiri atas penyesuaian diri aktif ( aloplastis ) dan penyesuaian diri
pasif ( autoplastis ). Penyesuaian diri aktif, yaitu seseorang individu mengubaj
lingkungan sesuai dengan pemikirannya. Misalnya, mengubah letak meja dan kursi
di ruang belajar agar merasa nyaman dalam belajar. Penyesuaian diri pasif
adalah sikap dan keadaan seorang individu menurut atau mengikuti lingkungan
sekitarnya.
·
Pengalaman Mental
Pengalaman seseorang sebagai hasil
proses internalisasi akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang. Proses
tersebut didahului oleh terbentuknya suatu kebiasaan memberikan reaksi yang
sama terhadap masalah yang sama.
Nilai Sosial dan Ciri-cirinya
Nilai sosial merupakan kumpulan
sikap, perasaan atau anggapan terhadap suatu hal mengenai baik buruk, benar
atau salah, maupun penting atau tidak penting yang berlakuk dalam suatu
kelompok masyarakat.
Untuk lebih mengenal nilai sosial,
Huky mengemukakan ciri-ciri nilai sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat
yang tercipta melalui interaksi di antara anggota masyarakat.
2. Nilai sosial diimbaskan.
3. Nilai dipelajari
4. Nilai memuaskan semua manusia dan
mengambil bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial.
5. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak
dimana terdapat konsensus sosial tentang harga relatif dari objek dalam
masyarakat.
6. Nilai-nilai cenderung berkaitan satu dengan
yang lainnya dan membentuk pola-pola dan system nilai di dalam masyarakat.
7. Nilai selalu memberikan pilihan dari
system-sistem nilai yang ada, sesuai dengan tingkatan kepentingannya.
8. Masing-masing nilai dapat mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap individu dan masyarakat sebagai keseluruhan.
9. Nilai-nilai juga melibatkan emosi dan
perasaan
10. Nilai-nilai dapat mempengaruhi
perkembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun negatif.
11. Sistem-sistem nilai beragam bentuknya
antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya sesuai dengan penilaian
yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap bentuk-bentuk kegiatan
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Proses Sosialisasi dalam Pembentukan
Kepribadian
Bentuk sosialisasi ada dua macam,
yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer adalah
sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia.
Sosialisasi primer memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. Adapun sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan
individu ke dalam lingkungan di luar keluarganya, aspek sekolah, lingkungan
bermain dan lingkungan kerja.
a.
Masa
Anak-anak
Pada
masa anak-anak, setiap individu menirukan semua hal yang dilihatnya.
b.
Masa
Remaja
Pada
masa puber, seorang remaja seringkali mengalami situasi krisis dengan
gejala-gejala, antara lain sebagai berikut.
1.
Bertemperamen
keras dan agresif atau sebaliknya murung dan suka menyendiri.
2.
Kepribadian
yang labil karena masih mencari identitas diri.
3.
Mudah
tersinggung dan sukar mengendalikan emosi.
4.
Mudah
terpengaruh oleh hal-hal tertentu, baik bersifat positif maupun negatif.
5.
Rasa
ingin tahu dan ingin mencoba hal baru yang belum pernah dialami.
c.
Masa
Dewasa
Pada
tahapan ini seseorang individu dewasa diharapkan sudah menyelaraskan dan
menyesuaikan dirinya dengan pola sosial budaya masyarakat tempat ia hidup dan
menjadi individu yang sudah memperoleh status dan peran yang mantap sehingga ia
menjadi anggota penuh dari masyarakatnya.
Media Sosialisasi dalam Pembentukan
Kepribadian
a. Keluarga
b. Kelompok Bermain
c. Sekolah
d. Lingkungan Kerja
e. Media Massa
f. Masyarakat
Pengertian Kepribadian
Menurut Syamsu Yusuf (2000), istilah
kepribadian atau personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin persona
(kedok) dan personare (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain
sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan
karakter pribadi tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah
bahwa para pemain sandiwara itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk
mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya seorang
pemurung, pendiam, periang, pemarah dan sebagainya. Jadi, persona bukanlah
pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu
melalui perannya.
Konflik Sosial
Kata konflik berasal dari bahasa
Latin configure yang artinya saling memukul. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
( KBBI ), konflik di definisikan sebagai percecokan, perselisihan atau
pertentangan. Dengan demikian, secara sederhana, konflik merujuk pada adanya
dua hal atau lebih yang bersebrangan, tidak selaras dan bertentangan.
Faktor-faktor Penyebab
Konflik
-
Perbedaan
Antar Individu
Adanya perbedaan pendirian dan
perasaan antara diri anda dengan teman-teman anda atas suatu hal dapat menjadi
faktor penyebab konflik.
-
Perbedaan
Kebudayaan
Secara sadar atau tidak, seseorang
akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pendirian dari kelompoknya.
-
Perbedaan
Kepentingan
Setiap individu tentu memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu.
-
Perubahan
Sosial
Masyarakat merupakan sekelompok
manusia yang terus berubah seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan
pengetahuannya.
Dari sudut
psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan bentuk-bentuk konflik sebagai
berikut.
1. Konflik dengan orangtua sendiri
Karena adanya perilaku anak dan
harapan orangtua yang tidak serasi.
2. Konflik dengan anak-anak sendiri
Sebagai reaksi atas perilaku anak yang
tidak sesuai dengan harapan orangtua.
3. Konflik dengan keluarga
Ini dapat terjadi dalam seluruh
perkembangan seseorang.
4. Konflik dengan orang lain
Ini timbul dalam hubungan sosial
dengan lingkungan sekitarnya.
5. Konflik dengan suami atau dengan istri
Timbul akibat berbagai kesulitan yang
dihadapi dalam perkawinan
6. Konflik di sekolah
Berupa konflik akibat tidak dapat
mengikuti pelajaran, tidak lulus ujian, antara guru dan murid atau dengan teman
sebayanya.
7. Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Berhubungan dengan waktu kerja,
keuangan dan konflik dalam hubungan antar teman kerja.
8. Konflik agama
Berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat dan tujuan hidup, aturan dan perilaku
bertentangan dengan agama.
9. Konflik pribadi
Timbul karena minat yang berlawanan,
tidak ada kemampuan untuk mengembangkan diri serta tidak adanya semangat hidup.
Cara Pengendalian Konflik dan
Kekerasan
Ada tiga syarat agar sebuah konflik tidak
berakhir dengan kekerasan. Ketiga syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Setiap kelompok yang terlibat dalam
konflik harus menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka.
2. Pengendalian konflik-konflik tersebut
hanya mungkin bisa dilakukan apabila berbagai kekuatan sosial yang saling
bertentangan itu terorganisasi dengan jelas.jika tidak, pengendalian atas
konflik pun akan sulit dilakukan.
3. Setiap kelompok yang terlibat dalam
konflik harus mematuhi aturan-aturan main tertentu yang telah disepakati
bersama.
Integrasi Sosial
Integrasi Sosial adalah proses
penyesuaian unsure-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu
kesatuan. Unsure-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan
sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan norma.
Proses
integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut.
-
Asimilasi
( Assimilation )
Merupakan
suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi
perbedaan-perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam masyarakat.
-
Akulturasi
Adalah
proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsure kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan itu tanpa mengakibatkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Faktor-faktor Pendorong Integrasi
Sosial
1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok
manusia dengan kebudayaan yang berbeda.
2. Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi
bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda.
3. Sikap saling menghargai orang lain
dengan kebudayaannya
4. Sikap terbuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur
kebudayaan.
6. Perkawinan campuran.
7. Adanya musuh bersama dari luar.
Sumber : buku Ilmu Pengetahuan Sosial SOSIOLOGI untuk SMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar